SPONSOR BLOG AKU

Adsense Indonesia

Goleki (Search)

IT TELKOM TODAY

Minggu, 04 Juli 2010

Esperanto? Apa itu...? Part 2

Lihat sebelumnya di sini....

" Mengapa Esperanto? Pertanyaan ini membawa ingatan saya dalam kunjungan terakhir ke Bialystok pada akhir Mei 2009 yang lalu. Meskipun masih beberapa bulan, tetapi suasana persiapan perhelatan sudah terasa. Maklum, Białystok selama 25 Juli sampai 1 Agustus akan menjamu ribuan pengguna Esperanto dalam kongres se dunia ke-94. Saya ingin menemukan jejak-jejak peninggalan sejarah masa lalu di kota yang agak lengang ini pada saat memenuhi undangan teman baik saya, Bapak Tomasz Miskiewicz, yang menjadi Mufti Polandia yang berkedudukan di Białystok. Kebetulan, saat itu saya diundang kali ini dalam rangka peringatan terbentuknya pemukiman Muslim Tartar sejak 330 tahun yang lalu.

Berbekal sedikit informasi tentang Esperanto saya bermaksud melihat pusat kota tua. Kota tua merupakan ciri-khas penting di Polandia. Di mana-mana di berbagai kota di Polandia saya selalu menyempatkan menghabiskan 1-2 jam untuk membuat foto-foto, maupun sekadar mengobrol dengan teman sambil minum kopi. “Saluton, mi nomias Haz Pohan, Kiel vi nomias?” Saya mencoba mempraktekkan bahasa Esperanto terbatas kepada seorang pria di taman kota Bialystok.

Pria yang duduk di taman itu menjawab: ”Saluton, mi nomias Maciej”. Saya lalu berbicara dalam bahasa Rusia menanyakan di mana letak tugu Zamenhof, orang jenius dunia kelahiran kota itu, Białystok. ”Mi ne komprenas”, ujarnya. Dia mengatakan bukannya tidak paham bahasa Rusia, tetapi meskipun kota Bialystok lebih dekat ke perbatasan menuju Belarus yang berbahasa Rusia tetapi dia lebih suka berbahasa Inggeris. Atau Esperanto!

Kedengaran aneh? Bahasa tadi yang saya gunakan adalah Esperanto, atau bahasa dunia yang diciptakan pada tahun 1887 oleh Dr Lazar Ludwig Zamenhof (1859-1917), seorang dokter mata jenius Polandia keturunan Yahudi. Saya katakan pada Bapak Maciej, pria di taman itu, saya ingin berziarah ke tugu pencipta Esperanto itu. Lalu, dia menunjukkan ke suatu arah dan menuliskan nama jalan. “Use your GPS, than you’ll find the tombs right in the small park at your right side!”, katanya, sambil menuliskan alamat di kertas kecil.

Saya menerima catatan itu, dan mengucapkan “Dankon”, atau terima kasih dalam bahasa Esperanto. Dia membalas: “No dankinde”, atau terima kasih kembali. Saya pun beranjak meninggalkan Pak Maciej. Kami mengawali dan menutup pembicaraan dengan bahasa Esperanto.

Siapa Dr. Zamenhof?

Di taman kecil yang ditunjukkan arahnya oleh Pak Maciej hanya ada patung setengah badan. Sederhana saja. Tetapi tokoh menarik perhatian saya. Białystok bukan sekadar kota di mana Zamenhof nompang lahir. Dia juga tumbuh dengan latarbelakang multi-etnis sejak zaman dulu kala, dan dikenal toleran.

Dulu Białystok memiliki latarbelakang etnis beragam, Polandia, Rusia, Jerman dan Yahudi, di samping Muslim Tartar yang berjumlah sekitar 5000 orang. Sebagai kota multi-etnis, di mana pun, ketegangan etnis dan antagonisme selalu terjadi. Salah satunya adalah tentu salah pengertian, karena menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Ini yang menjadi insiprasi Zamenhof untuk menelurkan idenya.

Dia menuliskan pengalaman batinnya dalam sebuah surat kepada temannya, Nikolai Borovko, kurang lebih: Tempat kelahiran dan di mana saya menghabiskan masa kanak-kanak memberi arah perjuangan saya ke depan. Dulu di Białystok warg kota tersekat-sekat oleh pemisahan 4 etnis, Rusia, Polandia, Jerman dan Yahudi, masing-masing menggunakan bahasanya sendiri dan memandang pihak lainnya sebagai musuh. Di kota ini, perbedaan bahasa yang mendasari pengelompokan keluarga manusia dalam ketegangan etnis menjadi sensitivit dan menceka.

Saya terlahir idealis, diajarkan bahwa semua manusia adalah saudara, tetapi di luar rumah tidak ada persaudaraan. Yang ada hanya kelompok etnis Rusia, Polandia, Jerman dan Yahudi. Ini menyiksa masa kanak-kanakku, meskipun banyak juga orang memberi senyuman padaku. Maka, sejak saat itu saya berjanji akan menghancurkan kejahatan ini. Esperanto pun lahir pada akhir tahun 1870-an, ketika Białystok masih menjadi bagian dari Kerajaan Rusia.

Zamenhof ingin menyumbang untuk terciptanya harmoni dalam pergaulan sosial sehari-hari kota multietnis itu. Polandia adalah negeri yang terjepit di antara Jerman dan Rusia, maka sarat dengan sejarah. Tidak kurang, bangsa-bangsa dari utara maupun selatan juga turut ambil-bagian memerintah di sini. Negeri ini pernah hilang dari peta politik Eropa selama 123 tahun, karena 3 kali dibagi habis (partition) oleh pendudukan berbagai bangsa-bangsa di sekitarnya.

Makanya, seorang sejarawan berkebangsaan Inggeris bernama Norman Davies, menulis negeri ini dalam bukunya yang terkenal sebagai: God’s Playground (1979). Buku ini mengungkapkan apa yang dialami oleh orang-orang Polandia dalam sejarah seribu tahun di masa lalu. Tidak urung, geser-menggeser perbatasan negara selalu menimbulkan konflik horizontal di antara masyarakat yang sudah ratusan tahun berbaur. Di kota Białystok yang multikultural, bahasa dan agama juga terbelah-belah, dan ini mengganggu harmoni. Ini yang menjadi latar-belakang lahirnya bahasa Esperanto di kota ini. "

lanjut lagi di sini...jangan bosen ya ^^

see also : http://hidung26.blogspot.com/

http://www.ittelkom.ac.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar